SUMBER POKOK AJARAN AGAMA HINDU
A. Kitab
Suci (Sruti dan Smriti)
Dalam agama
Hindu ada kepercayaan bahkan agama itu “diwahyukan” melalui “orang-orang yang
melihat”, yang disebut Resi. Karena
Resi adalah orang-orang yang telah “mendengar”, pengetahuan tadi lalu sering
disebut dengan “sruti”. Apa yang didengar biasanya lalu dijadikan teks-teks,
yang adakalanya disebut dengan mantra-mantra yang sangat dipentingkan dalam
melakukan meditasi; juga sering dikatakan sebagai “kemampuan menyelamatkan akal
pikiran”.
Kitab dalam
agama Hindu adalah tulisan keagamaan yang paling tua dan dan paling besar
didunia. Sangatlah sulit untuk mengklasifikasikan dan menyatakan kapan
kitab-kitab ini ditulis dengan benar karena terdapat banyak penulis yang
terlibat dalam kurun waktu ribuan tahun. Dan juga, kebiasaan yang ada pada
zaman dahulu bahwa seorang penulis tidak akan menuliskan nama mereka pada hasil
karyanya yang juga mempersulit masalah ini.
Namun,
semua itu tidak menyurutkan niat penulis
untuk membuat makalah ini. Dan untuk memudahkan pembaca dalam memahami
materi tersebut, penulis berusaha
menerangkan sesuai kemampuan penulis.
a.
Kitab Sruti
(Weda)
Kitab Sruti
termasuk kitab utama dari agama Hindu yaitu Weda. Weda mengajarkan ajaran
tertinggi yang diketahui oleh manusia, dan membentuk sumber yang mutlak dalam
Agama Hindu. Kata Veda diambil dari kata “Vid” yang berarti “mengetahui”. Sruti
dalam bahasa sanskerta berarti “apa yang didengar”. Veda ini adalah kebenaran
yang abadi dimana pengamat weda, yang disebut dengan para Resi, yang mendengar
wahyu ini ketika mereka melakukan meditasi yang mendalam. Weda bukanlah hasil
dari pemikiran manusia, tetapi ungkapan apa yang disadari melalui persepsi
intuisi oleh para Resi Weda, yang memiliki kekuatan yang dianggap berasal dari
Tuhan. Kaum
Resi menerima wahyu ini atau mendengarnya, dan kemudian direkam dalam empat Weda. Weda-weda tersebut adalah Rig Weda, Sama Weda, Yajur Weda, dan Atharwa Weda. Wahyu ini dimunculkan
dalam kesadaran para guru, dan pengalaman-pengalaman, intuisi-intuisi mereka,
apa yang mereka dengarkan tentang Yang Ilahi dimuat dalam teks empat kitab Weda
tersebut. Wahyu Weda, dan oleh
karenanya Weda sendiri dirujuk
sebagai Sruti, atau “yang
didengarkan”; ini kemudian ditambah dengan Smriti,
atau “kenangan” yaitu tradisi. Kehidupan
keagamaan umat Hindu didasarkan pada naskah suci yang disebut Weda Samhita, yang mereka yakini sebagai
ciptaan Brahma. Hanya
para resi saja yang mampu menerima isi Weda tersebut. Isi Weda pada mulanya
berbentuk mantra-mantra, kemudian disusun dalam bentuk puji-pujian. Keempat
Kitab Suci Weda Samitha tersebut yaitu:
1)
Rig
Weda.
Rigweda berasal dari kata “rig” yang berarti memuji. Kitab ini berisi 1000
puji-pujian kepada para dewa dalam bentuk kidung, dan masing-masing kidung (sukta) terbagi dalam beberapa bait.
Bagian akhir Rig Weda membicarakan perawatan orang mati, pembakaran dan
penguburannya. Menurut umat Hindu, Rig Weda ini sangat penting . didalamnya
terdapat pengertian dan isyarat akan agama yang monoteistis dengan falsafah
yang monistik. Arah monoteisme tersebut muncul sekitar Dewa Prajapati, tuhan
Pencipta. Akan tetapi monoteisme disini belum dalam pengertian yang tajam
seperti pengertian monoteisme modern.
2)
Sama
Weda.
Sama Weda merupakan suatu bunga-rampai Rig Weda, dan sangat menekankan pada
tanda-tanda irama musik. Tanda-tanda musik ini kemudian memunculkan musik Karnatik India, music
klasik India yang asli. Music Karnatik berhubungan dengan lagu pengabdian pada
para dewa dan didasarkan atas tujuh suara: Sa, Re, Ga, Ma, Pa, Dha dan Ni. Kombinasi
dan permutasi dari tujuh suara ini digunakan untuk menciptakan irama yang
dikenal dengan raga. Sama Weda
terdiri dari 1.549 bait. Puji-pujian dinyanyikan diikuti dengan irama musikoleh
para pendeta yang disebut udgatar,
dan biasanya dilakukan pada waktu upacara korban diselenggarakan.
3)
Yajur
weda.
Weda ini tidak hanya memuat mantra-mantra dan persembahan Soma saja, akan
tetapi juga mantra-mantra yang diucapkan dalam beberapa upacara kecil. Yajur
weda memiliki hubungan yang sangat erat dengan Rig weda dan Sama Weda, dan
ketiganya sering disebut dengan “Tri-Wedi”.
4)
Atharwa-weda. Para Atharwan
adalah golongan pendeta tersendiri. Dalam Weda ini dijumpai lagi kidung-kidung
yang harus diucapkan pada waktu mempersembahkan Soma. Isi Atharwa Weda berupa
mantra-mantra magis dan doa-doa yang bunyi dan artinya sendiri sudah dianggap
sudah memiliki kekuatan.
b.
Kitab
Smriti
Smriti berarti
“Yang diingat”. Kitab Smriti berasal dari Weda dan dianggap berasal dari
manusia bukan dari Tuhan. Smriti ditulis untuk dan menjelaskan Weda, membuat
Weda dapat dimengerti dan lebih berarti bagi manusia pada umumnya. Semua sumber
tulisan selain Weda dan Baghavad Gita secara kolektif disebut dengan Smriti.
1)
Dharma
Sastra.
Tulisan ini menggambarkan tentang peraturan dalam tingkah laku manusia yang
benar, kesehatan pribadi, administrasi social, etika dan kewajiban moral.
Dharma Sastra yang paling terkenal adalah Manu Smriti atau Kode manu, yang
terdiri dari 2.694 stanza dalam 12 bab. Manu, nenek moyang ke-65 (inkarnasi
dari Tuhan dalam bentuk manusia) Rama, yang menggambarkan tingkah laku dasar
untuk mengendalikan diri, tidak melukai, penuh kasih dan dan terikat, yang
ditekankan sebagai syarat untuk membentuk masyarakat yang baik. Manu Smriti, adalah kode hokum untuk
hidup dengan benar, yang secara terus menerus mendominasi kehidupan etika orang
Hindu.
2)
Nibandha. Nibandha
adalah bacaan, pedoman, dan ensiklopedia hokum Weda yang menyingggung tentang
tingkah laku manusia, pemujaan dan ritual. Nibandha juga membahas tentang topic
pemberian hadiah, tempat perziarahan suci, dan menjaga tubuh manusia.
3)
Purana. Purana
membentuk sebagian besar kesustraan Smriti. Purana ini muncul dalam bentuk
pertanyaan dan jawaban, dan menjelaskan ajaran bawah sadar dari Weda melalui
cerita dan legenda dari raja zaman dahulu, pahlawan, dan sifat-sifat
kedewataan. Purana adalah merupakan alat yang sangat terkenal untuk mengajarkan
ajaran keagamaan.
4)
Epos
(Cerita Kuno).
Dua epos (itihasa) yang paling terkenal dalam agama Hindu adalah Ramayana dan
Mahabhrata. Epos ini adalah cerita yang paling terkenal diantara orang Hindu.
5)
Agama
atau Tantara.
Agama, juga dikenal dengan Tantra, adalah kitab sekterian dari tiga theology
Hindu yang utama dalam tradisi agama Hindu, yang bernama Vaisnavism, Sivism, dan Saktism. Vaisnava-Agama memuja kenyataan
yang mutlak sebagai Dewa Visnu; Siva-Agama yang memuliakan kenyataan Mutlak
yang disebut dengan Dewa Siva;,dan Sakti-Agama yang menyatakan bahwa kenyataan
mutlak itu adalah Ibu Mulia jagat raya ini.
6)
Vedanga.
Vedanga
berarti “penggerak Weda”. Vedanga terdiri dari enam bagian dan juga dianggap
sebagai tambahan Weda pada bagian tertentu. Keenam bagian dari Vedanga tersebut
membahas tentang hal berikut: Siksa
(pengucapan yang benar), Chanda
(ukuran), Nirukta (etimologi), Vyakarana (tata bahasa), Jyotisa (astronomi), dan Kalpa (peraturan dalam melaksanakan
upacara dan ritual).
7)
Darsana. Kesusastraan
keagamaan dibagi menjadi dua bagian, heterodok dan orthodok. Pemikiran
heterodok menolak sumber-sumber Weda dan termasuk didalamnya Buddhisme, Jainisme,
dan Carvaka (materialistis). Sedang kelompok orthodok menerima Weda dan
kesustraan Weda sebagai sumber ajaran. Kedua pemikiran ini didasarkan pada
kesusastraan Weda. Setiap Darsana atau
pemikiran memiliki atribut tulisan penulisnya, termasuk didalamnya sejumlah
komentar yang ditulis oleh pengikut dari pemikiran ini.
B.
Kitab
Brahmana dan Anyaraka
Berbeda dari
naskah atau kitab Samhita, kitab Brahmana disusun oleh para pendeta Brahmana
sekitar abad ke-8 SM. Untuk menjelaskan tentang daya kekuatan korban. Dengan
kata lain, kitab tersebut bukanlah kitab puji-pujian kepada para dewa, tetapi
merupakan kitab yang berisi keterangan-keterangan dari para brahmana tentang
korban dan sesaji. Uraian-uraian didalamnya banyak yang membosankan dan sukar
dipahami padahal pikiran dasarnya justru sangat sederhana.
Keterangan-keterangan tersebut disertai dengan mitos dan legenda tentang
manusia dan para dewa dengan memberikan ilustrasi ritus-ritus korban.
Brahmana juga menekankan dan membahas upacara pengorbanan dan teknik yang benar
dalam pelaksanaannya. Termasuk penjelasan dalam menggunakan mantra dalam
upacara dan menimbulkan kekuatan mistik dari pengorbanan itu. Bagian ini
disebut dengan Brahmana karena mereka membahas tugas dari para Brahim (pendeta)
yang melakukan pada saat upacara pengorbanan. Pada bagian akhir kitab Brahmana
terdapat tambahan, kemudian tambahan inilah yang disebut sebagai kitan Anyaraka. Kitab ini berisi tentang
renungan sekitar masalah korban sehingga dianggap sakti. Karena itu
mempelajarinya harus ditempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia,
yaitu ditengah-tengah hutan, Aranya =
hutan. Aranya (“kitab yang berasal dari hutan”; yaitu buku yang dihasilkan
dengan bermeditasi di hutan yang sepi) yang menandai transisi dari pengorbanan
Brahmanikal menuju filsafat dan spekulasi metafisika, yang kemudian dimuat
dalam Upanisad. Aranyaka terdiri dari interpretasi mistik dari mantra dan
upacara, yang disatukan pada saat mengasingkan diri di hutan, yang menimbulkan
kedisiplinan. Pengetahuan yang didapat oleh para asketis ini dianggap sebagai
wahyu.
C.
Kitab Itihasa dan Purana
a.
Kitab Itihasa
Kitab
Itihasa termasuk kelompok Upaweda. Kata Itihasa, berasal dari iti-ha-asa, artinya sesungguhnya kejadian itu
begitulah nyatanya. Nama Itihasa pada mulanya diberikan oleh penulis kitab
Mahabharata, pada bagian Adi Parwa, yaitu Bhagawan Byasa. Itihasa adalah kitab
epos atau wiracarita, yang menceritrakan sejarah perkembangan raja-raja dan
kerajaan Hindu di masa lampau. Itihasa merupakan karya sastra yang bersifat spiritual,
di mana ceritranya penuh fantasi, romantis, kewiraan dan mythologi.
Kitab
Itihasa terdiri dari Ramayana dan Mahabharata Kitab Ramayana digubah oleh
Maharesi Walmiki. Kitab ramayana ini terdiri dari atas 48.000 bait dan penyusunannya mungkin pada abad ke 5 SM.
Kitab
Ramayana merupakan salah satu Itihāsa yang terkenal. Kitab Ramayana terdiri
dari 24.000 sloka dan memiliki tujuh bagian yang disebut Sapta Kanda. Setiap
Kanda merupakan buku tersendiri namun saling berhubungan dan melengkapi dengan
Kanda yang lain. Kitab Ramayana disusun oleh Rsi Walmiki.
Daftar kitab Ramayana: Balakanda, Ayodhyakanda, Aranyakanda, Kiskindhakanda, Sundarakanda,
Yuddhakanda, Uttarakanda.
Disamping
Ramayana, lainnya adalah Mahabharata. Kitab ini disusun oleh Maharesi Wyasa.
Isinya adalah kisah peperangan antara Pandhawa dengan Korawa dan kemenangan ada
dipihak Pandhawa. Njadi himpunan tertulis di dalam bentuk yang ada sekarang ini
ialah sekitar abad ke 2 SM satu hal yang menonjol adalha pembagian masyarakat
menjadi 4 kasta . Bersifat hirarkis vertikal yaitu brahmana, waisya, dan sudra,
Kitab Mahabharata terdiri dari 18 Parwa disebut Astadasa Parwa.
Daftar Kitab Mahabarata: AdiparwaSabhaparwa, Wanaparwa, Wirataparwa, Udyogaparwa, Bhismaparwa, Dronaparwa, Karnaparwa, Salyaparwa, Sauptikaparwa, Striparw, Santipa, Anusasanapar, Aswamedikaparwa, Asramawasikaparw, Mosalaparwa, Prasthanikaparwa,
Swargarohanaparwa.
b.
Kitab Purana
Purana
adalah bagian dari kesusastraan Hindu yang memuat mitologi, legenda, dan
kisah-kisah zaman dulu. Kata Purana berarti sejarah kuno atau cerita kuno.
Penulisan kitab-kitab Purana diperkirakan dimulai sekitar tahun 500 SM.
Terdapat delapan belas kitab Purana yang disebut Mahapurana.
Adapun kedelapan belas kitab tersebut yakni: Matsyapurana, Wisnupurana, Bhagawatapurana, Warahapurana, Wamanapurana, Markandeyapurana, Bayupurana, Agnipurana, Naradapurana, Garudapurana, Linggapurana, Padmapurana, Skandapurana, Bhawisyapurana, Brahmapurana, Brahmandapurana, Brahmawaiwartapurana, Kurmapurana. Kitab purana berisi tentang mitologi dan dongeng dongeng
kuno yang hidup di kalangan kesatria, sedangkan naskah purana berisi tentang silsilah para dewa. Cerita ini
disampaikan oleh para sutra (juru bicara) pada waktu upacara korban di
selenggarakan di kerajaan, ternyata para brahmana telah mampu memasukan
pengaruh dan pahamnya melalui cerita-cerita ini yang sudah di bakukan. Di
antara isinya yang terpenting adalah sarga, ajaran penciptaan alam pada tahap
mula, dan pratisarga, yaitu tentang terciptanya alam pada tahap yang kedua.
Pada umumnya
Purana memuat lima (5) hal yang menjadi corak khusus, yang disebut
Pancalaksana,yaitu:
a.
Sarga, yaitu penciptaan alam semesta.
b.
Pratisarga, yaitu penciptaan kembali dunia, setiap kali dunia yang ada itu
lenyap. Berlangsungnya dunia ini hanyalah satu hari Brahma.
c.
Wamsa, yaitu asal usul para dewa dan para Resi.
d.
Manwantarani, yaitu pembagian waktu satu hari Brahma dalam 14 masa. Dalam
tiap-tiap masa itu diciptakanlah manusia baru sebagai turunan Manu, manusia
pertama.
e.
Wamsanucarita, yaitu sejarah
raja-raja yang memerintah di dunia.
D.
Kitab Agama, Tantra, dan Darsana
a.
Kitab Agama
Kitab-kitab
agama mengajarkan penyembahan Tuhan dalam manifestasi tertentu. Ada tiga macam
kitab agama yaitu: Saiwa Agama, Waisnawa Agama, dan Sakta Agama. Saiwa Agama
mengantarkan orang pada ajaran Saiwa Sidhanta dan Pratyabhijna. Dalam ajaran
Saiwa Agama orang memuja siwa sebagai Tuhan yang tertingggi dalam
bermacam-macam wujud. Ajara kekuatan dewan Saiwa Sidhanta amat besar peranannya
dalam perkembangan Agama Hindu di Indonesia. Waisnawa Agama, Tuhan di puja
sebagai Wisnu dan pada Sakta Agama, Tuhan di puja sebagai Dewi, Ibu Dunia
sebagai Sakti
b.
Kitab Tantra
Mengenai
tantra ada anggapan bahwa naskah
atau kitab tersebut diberikan oleh shiwa
untuk agama hindu untuk zaman kali-yuga sekaranga ini (satu kalpa terbagi
menjadi 1000 mahayuga dan ssetiap mahayuga terdiri dari empat yuga, yaitu
krta-yuga, Trta yuga, Dvapara yuga, Kali yuga) penyusuny dilakukan oleh para
rhesi. Kitab ini penuh dengan ajaran-ajaran rahasia dan sulit di pahami maksudnya.
Pada garis besrnya isi kitab tantra tentang penciptaan dunia, dan dialog antara
siwa dengan sakti (istrinya) yaitu parawati yang menempati kedudukan terpenting
sebagai inti.
Kata
Sansekerta dari Tantra artinya "memperluas", Berbeda dengan agama Hindu
pada umumnya, sebagian dari Tantra percaya kepada kenikmatan hidup material.
Tidak seorangpun mengetahui secara tepat kapan Tantra mulai atau Mahareshi mana
yang memulainya. Bukti menunjukkan bahwa Tantrisme ada selama zaman Weda.
Bahkan Sankara menyebut keberadaannya dalam bukunya Saundarya Lahari. Ada
sekitar seratus delapan buku mengenai Tantra. Tantrisme dan Saktiisme hampir
satu dan sama. Dalam Tantrisme, Istadewa yang dipuja adalah Siwa-Sakti,
kombinasi dari Siwa dan saktinya Parwati. Tantra adalah satu sistem dari
praktek-praktek yang dipergunakan untuk meningkatkan spiritual.
c.
Kitab Darsana
Kata Darsana
berasal dari akar kata drś yang bermakna "melihat", menjadi kata
darśana yang berarti "penglihatan" atau "pandangan". Dalam
ajaran filsafat hindu, Darsana berarti pandangan tentang kebenaran. Sad Darśana berarti Enam
pandangan tentang kebenaran, yang mana merupakan dasar dari Filsafat
Hindu. Kitab kitab yang lain yang
khusus mengajarkan filsafat Hindu adalah termasuk kelompok kitab Darsana. Kitab
Darsana yang mengakui kekuasaan Weda dan mendasarkan ajarannya pada Upanisad
ada enam Darsana disebut Sad Darsana. Keenam Darsana itu yaitu: Samkhya, Yoga, Waisesika,
Nyaya, Mimamsa dan Wedanta.
E.
Kitab Upanisad
Uphanisad
berisikan tentang bahasan yang mistik dan filosofis tentang brahman, dan
kejadian alam semesta, diri, jiwa dan atman serta cara memulangkan atman
kedalam brahman Jumlahnya amat banyak,
lebih dari 200 judul ada juga yang mengatakan jumlahnya 108 buah dan banyak di
antaranya berasal dari jaman yang tidak terlalu tua, dari 108 hanya 16 yang di
akui otentik yaitu: katha,isha, kena, prasna, anduka mandukya,
taitriya,aitareya, chandogya,bridahardayaka, kaivalaya, svetasvatara arsheya,
satapatha, kaushitaki, dan Jaiminiya.adapun penyusunanya terjadi di perkirakan
antara tahun 600 dan 300 SM.
Adapun Kata
Upanisad itu diturunkan dari kata Upa dan ni, artinya dekat, di dekatkannya dan
sad, artinya duduk. Jadi kata itu artinya duduk dekat artinya duduk di dekat
seorang guru untuk menerima daripadanya pandangan atau pengetahuan yang lebih
tinggi.
Uphanisad
juga merupakan kesimpulan dari kitab-kitab Aranyaka,karena itu upanisad disebut
Vedanta, Vedanta tidak hanya berarti akhir dari Veda tetapi uga merupakan
puncak tertinggi dari dari ajaran Veda. Kitab Upanisad memberikan pemaparan
tentang rahasia teringgi terhadap umat manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar