Selasa, 13 November 2012

AGAMA HINDU: SUMBER POKOK AJARANNYA


SUMBER POKOK AJARAN AGAMA HINDU
A.  Kitab Suci (Sruti dan Smriti)
Dalam agama Hindu ada kepercayaan bahkan agama itu “diwahyukan” melalui “orang-orang yang melihat”, yang disebut Resi. Karena Resi adalah orang-orang yang telah “mendengar”, pengetahuan tadi lalu sering disebut dengan “sruti”. Apa yang didengar biasanya lalu dijadikan teks-teks, yang adakalanya disebut dengan mantra-mantra yang sangat dipentingkan dalam melakukan meditasi; juga sering dikatakan sebagai “kemampuan menyelamatkan akal pikiran”.
Kitab dalam agama Hindu adalah tulisan keagamaan yang paling tua dan dan paling besar didunia. Sangatlah sulit untuk mengklasifikasikan dan menyatakan kapan kitab-kitab ini ditulis dengan benar karena terdapat banyak penulis yang terlibat dalam kurun waktu ribuan tahun. Dan juga, kebiasaan yang ada pada zaman dahulu bahwa seorang penulis tidak akan menuliskan nama mereka pada hasil karyanya yang juga mempersulit masalah ini.
Namun, semua  itu tidak menyurutkan niat penulis untuk membuat makalah ini. Dan untuk memudahkan pembaca dalam memahami materi  tersebut, penulis berusaha menerangkan sesuai kemampuan penulis.
a.    Kitab Sruti (Weda)
Kitab Sruti termasuk kitab utama dari agama Hindu yaitu Weda. Weda mengajarkan ajaran tertinggi yang diketahui oleh manusia, dan membentuk sumber yang mutlak dalam Agama Hindu. Kata Veda diambil dari kata “Vid” yang berarti “mengetahui”. Sruti dalam bahasa sanskerta berarti “apa yang didengar”. Veda ini adalah kebenaran yang abadi dimana pengamat weda, yang disebut dengan para Resi, yang mendengar wahyu ini ketika mereka melakukan meditasi yang mendalam. Weda bukanlah hasil dari pemikiran manusia, tetapi ungkapan apa yang disadari melalui persepsi intuisi oleh para Resi Weda, yang memiliki kekuatan yang dianggap berasal dari Tuhan. Kaum Resi menerima wahyu ini atau mendengarnya, dan kemudian direkam dalam empat Weda. Weda-weda tersebut adalah Rig Weda, Sama Weda, Yajur Weda, dan Atharwa Weda. Wahyu ini dimunculkan dalam kesadaran para guru, dan pengalaman-pengalaman, intuisi-intuisi mereka, apa yang mereka dengarkan tentang Yang Ilahi dimuat dalam teks empat kitab Weda tersebut. Wahyu Weda, dan oleh karenanya Weda sendiri dirujuk sebagai Sruti, atau “yang didengarkan”; ini kemudian ditambah dengan Smriti, atau “kenangan” yaitu tradisi. Kehidupan keagamaan umat Hindu didasarkan pada naskah suci yang disebut Weda Samhita, yang mereka yakini sebagai ciptaan Brahma. Hanya para resi saja yang mampu menerima isi Weda tersebut. Isi Weda pada mulanya berbentuk mantra-mantra, kemudian disusun dalam bentuk puji-pujian. Keempat Kitab Suci Weda Samitha tersebut yaitu:
1)   Rig Weda. Rigweda berasal dari kata “rig” yang berarti memuji. Kitab ini berisi 1000 puji-pujian kepada para dewa dalam bentuk kidung, dan masing-masing kidung (sukta) terbagi dalam beberapa bait. Bagian akhir Rig Weda membicarakan perawatan orang mati, pembakaran dan penguburannya. Menurut umat Hindu, Rig Weda ini sangat penting . didalamnya terdapat pengertian dan isyarat akan agama yang monoteistis dengan falsafah yang monistik. Arah monoteisme tersebut muncul sekitar Dewa Prajapati, tuhan Pencipta. Akan tetapi monoteisme disini belum dalam pengertian yang tajam seperti pengertian monoteisme modern.
2)   Sama Weda. Sama Weda merupakan suatu bunga-rampai Rig Weda, dan sangat menekankan pada tanda-tanda irama musik. Tanda-tanda musik ini kemudian  memunculkan musik Karnatik India, music klasik India yang asli. Music Karnatik berhubungan dengan lagu pengabdian pada para dewa dan didasarkan atas tujuh suara: Sa, Re, Ga, Ma, Pa, Dha dan Ni. Kombinasi dan permutasi dari tujuh suara ini digunakan untuk menciptakan irama yang dikenal dengan raga. Sama Weda terdiri dari 1.549 bait. Puji-pujian dinyanyikan diikuti dengan irama musikoleh para pendeta yang disebut udgatar, dan biasanya dilakukan pada waktu upacara korban diselenggarakan.
3)   Yajur weda. Weda ini tidak hanya memuat mantra-mantra dan persembahan Soma saja, akan tetapi juga mantra-mantra yang diucapkan dalam beberapa upacara kecil. Yajur weda memiliki hubungan yang sangat erat dengan Rig weda dan Sama Weda, dan ketiganya sering disebut dengan “Tri-Wedi”.
4)   Atharwa-weda. Para Atharwan adalah golongan pendeta tersendiri. Dalam Weda ini dijumpai lagi kidung-kidung yang harus diucapkan pada waktu mempersembahkan Soma. Isi Atharwa Weda berupa mantra-mantra magis dan doa-doa yang bunyi dan artinya sendiri sudah dianggap sudah memiliki kekuatan.

b.   Kitab Smriti
Smriti berarti “Yang diingat”. Kitab Smriti berasal dari Weda dan dianggap berasal dari manusia bukan dari Tuhan. Smriti ditulis untuk dan menjelaskan Weda, membuat Weda dapat dimengerti dan lebih berarti bagi manusia pada umumnya. Semua sumber tulisan selain Weda dan Baghavad Gita secara kolektif disebut dengan Smriti.
1)   Dharma Sastra. Tulisan ini menggambarkan tentang peraturan dalam tingkah laku manusia yang benar, kesehatan pribadi, administrasi social, etika dan kewajiban moral. Dharma Sastra yang paling terkenal adalah Manu Smriti atau Kode manu, yang terdiri dari 2.694 stanza dalam 12 bab. Manu, nenek moyang ke-65 (inkarnasi dari Tuhan dalam bentuk manusia) Rama, yang menggambarkan tingkah laku dasar untuk mengendalikan diri, tidak melukai, penuh kasih dan dan terikat, yang ditekankan sebagai syarat untuk membentuk masyarakat yang baik. Manu Smriti, adalah kode hokum untuk hidup dengan benar, yang secara terus menerus mendominasi kehidupan etika orang Hindu.
2)   Nibandha. Nibandha adalah bacaan, pedoman, dan ensiklopedia hokum Weda yang menyingggung tentang tingkah laku manusia, pemujaan dan ritual. Nibandha juga membahas tentang topic pemberian hadiah, tempat perziarahan suci, dan menjaga tubuh manusia.
3)   Purana. Purana membentuk sebagian besar kesustraan Smriti. Purana ini muncul dalam bentuk pertanyaan dan jawaban, dan menjelaskan ajaran bawah sadar dari Weda melalui cerita dan legenda dari raja zaman dahulu, pahlawan, dan sifat-sifat kedewataan. Purana adalah merupakan alat yang sangat terkenal untuk mengajarkan ajaran keagamaan.
4)   Epos (Cerita Kuno). Dua epos (itihasa) yang paling terkenal dalam agama Hindu adalah Ramayana dan Mahabhrata. Epos ini adalah cerita yang paling terkenal diantara orang Hindu.
5)   Agama atau Tantara. Agama, juga dikenal dengan Tantra, adalah kitab sekterian dari tiga theology Hindu yang utama dalam tradisi agama Hindu, yang bernama Vaisnavism, Sivism, dan Saktism. Vaisnava-Agama memuja kenyataan yang mutlak sebagai Dewa Visnu; Siva-Agama yang memuliakan kenyataan Mutlak yang disebut dengan Dewa Siva;,dan Sakti-Agama yang menyatakan bahwa kenyataan mutlak itu adalah Ibu Mulia jagat raya ini.
6)   Vedanga. Vedanga berarti “penggerak Weda”. Vedanga terdiri dari enam bagian dan juga dianggap sebagai tambahan Weda pada bagian tertentu. Keenam bagian dari Vedanga tersebut membahas tentang hal berikut: Siksa (pengucapan yang benar), Chanda (ukuran), Nirukta (etimologi), Vyakarana (tata bahasa), Jyotisa (astronomi), dan Kalpa (peraturan dalam melaksanakan upacara dan ritual).
7)   Darsana. Kesusastraan keagamaan dibagi menjadi dua bagian, heterodok dan orthodok. Pemikiran heterodok menolak sumber-sumber Weda dan termasuk didalamnya Buddhisme, Jainisme, dan Carvaka (materialistis). Sedang kelompok orthodok menerima Weda dan kesustraan Weda sebagai sumber ajaran. Kedua pemikiran ini didasarkan pada kesusastraan  Weda. Setiap Darsana atau pemikiran memiliki atribut tulisan penulisnya, termasuk didalamnya sejumlah komentar yang ditulis oleh pengikut dari pemikiran ini.

B.  Kitab Brahmana dan Anyaraka
Berbeda dari naskah atau kitab Samhita, kitab Brahmana disusun oleh para pendeta Brahmana sekitar abad ke-8 SM. Untuk menjelaskan tentang daya kekuatan korban. Dengan kata lain, kitab tersebut bukanlah kitab puji-pujian kepada para dewa, tetapi merupakan kitab yang berisi keterangan-keterangan dari para brahmana tentang korban dan sesaji. Uraian-uraian didalamnya banyak yang membosankan dan sukar dipahami padahal pikiran dasarnya justru sangat sederhana. Keterangan-keterangan tersebut disertai dengan mitos dan legenda tentang manusia dan para dewa dengan memberikan ilustrasi ritus-ritus korban. Brahmana juga menekankan dan membahas upacara pengorbanan dan teknik yang benar dalam pelaksanaannya. Termasuk penjelasan dalam menggunakan mantra dalam upacara dan menimbulkan kekuatan mistik dari pengorbanan itu. Bagian ini disebut dengan Brahmana karena mereka membahas tugas dari para Brahim (pendeta) yang melakukan pada saat upacara pengorbanan. Pada bagian akhir kitab Brahmana terdapat tambahan, kemudian tambahan inilah yang disebut sebagai kitan Anyaraka. Kitab ini berisi tentang renungan sekitar masalah korban sehingga dianggap sakti. Karena itu mempelajarinya harus ditempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia, yaitu ditengah-tengah hutan, Aranya = hutan. Aranya (“kitab yang berasal dari hutan”; yaitu buku yang dihasilkan dengan bermeditasi di hutan yang sepi) yang menandai transisi dari pengorbanan Brahmanikal menuju filsafat dan spekulasi metafisika, yang kemudian dimuat dalam Upanisad. Aranyaka terdiri dari interpretasi mistik dari mantra dan upacara, yang disatukan pada saat mengasingkan diri di hutan, yang menimbulkan kedisiplinan. Pengetahuan yang didapat oleh para asketis ini dianggap sebagai wahyu.

C.  Kitab Itihasa dan Purana
a.    Kitab Itihasa
Kitab Itihasa termasuk kelompok Upaweda. Kata Itihasa, berasal dari  iti-ha-asa, artinya sesungguhnya kejadian itu begitulah nyatanya. Nama Itihasa pada mulanya diberikan oleh penulis kitab Mahabharata, pada bagian Adi Parwa, yaitu Bhagawan Byasa. Itihasa adalah kitab epos atau wiracarita, yang menceritrakan sejarah perkembangan raja-raja dan kerajaan Hindu di masa lampau. Itihasa merupakan karya sastra yang bersifat spiritual, di mana ceritranya penuh fantasi, romantis, kewiraan dan mythologi.
Kitab Itihasa terdiri dari Ramayana dan Mahabharata Kitab Ramayana digubah oleh Maharesi Walmiki. Kitab ramayana ini terdiri dari atas 48.000 bait dan penyusunannya mungkin pada abad ke 5 SM.
Kitab Ramayana merupakan salah satu Itihāsa yang terkenal. Kitab Ramayana terdiri dari 24.000 sloka dan memiliki tujuh bagian yang disebut Sapta Kanda. Setiap Kanda merupakan buku tersendiri namun saling berhubungan dan melengkapi dengan Kanda yang lain. Kitab Ramayana disusun oleh Rsi Walmiki.
Daftar kitab Ramayana: Balakanda, Ayodhyakanda, Aranyakanda, Kiskindhakanda, Sundarakanda, Yuddhakanda, Uttarakanda.
Disamping Ramayana, lainnya adalah Mahabharata. Kitab ini disusun oleh Maharesi Wyasa. Isinya adalah kisah peperangan antara Pandhawa dengan Korawa dan kemenangan ada dipihak Pandhawa. Njadi himpunan tertulis di dalam bentuk yang ada sekarang ini ialah sekitar abad ke 2 SM satu hal yang menonjol adalha pembagian masyarakat menjadi 4 kasta . Bersifat hirarkis vertikal yaitu brahmana, waisya, dan sudra, Kitab Mahabharata terdiri dari 18 Parwa disebut Astadasa Parwa.
Daftar Kitab Mahabarata: AdiparwaSabhaparwa, Wanaparwa, Wirataparwa, Udyogaparwa, Bhismaparwa, Dronaparwa, Karnaparwa, Salyaparwa, Sauptikaparwa, Striparw, Santipa, Anusasanapar, Aswamedikaparwa, Asramawasikaparw, Mosalaparwa, Prasthanikaparwa, Swargarohanaparwa.

b.   Kitab Purana
Purana adalah bagian dari kesusastraan Hindu yang memuat mitologi, legenda, dan kisah-kisah zaman dulu. Kata Purana berarti sejarah kuno atau cerita kuno. Penulisan kitab-kitab Purana diperkirakan dimulai sekitar tahun 500 SM. Terdapat delapan belas kitab Purana yang disebut Mahapurana.
Adapun kedelapan belas kitab tersebut yakni: Matsyapurana, Wisnupurana, Bhagawatapurana, Warahapurana, Wamanapurana, Markandeyapurana, Bayupurana, Agnipurana, Naradapurana, Garudapurana, Linggapurana, Padmapurana, Skandapurana, Bhawisyapurana, Brahmapurana, Brahmandapurana, Brahmawaiwartapurana, Kurmapurana. Kitab purana  berisi tentang mitologi dan dongeng dongeng kuno yang hidup di kalangan kesatria, sedangkan naskah purana  berisi tentang silsilah para dewa. Cerita ini disampaikan oleh para sutra (juru bicara) pada waktu upacara korban di selenggarakan di kerajaan, ternyata para brahmana telah mampu memasukan pengaruh dan pahamnya melalui cerita-cerita ini yang sudah di bakukan. Di antara isinya yang terpenting adalah sarga, ajaran penciptaan alam pada tahap mula, dan pratisarga, yaitu tentang terciptanya alam pada tahap yang kedua.
Pada umumnya Purana memuat lima (5) hal yang menjadi corak khusus, yang disebut Pancalaksana,yaitu:
a.    Sarga, yaitu penciptaan alam semesta.
b.    Pratisarga, yaitu penciptaan kembali dunia, setiap kali dunia yang ada itu lenyap. Berlangsungnya dunia ini hanyalah satu hari Brahma.
c.    Wamsa, yaitu asal usul para dewa dan para Resi.
d.   Manwantarani, yaitu pembagian waktu satu hari Brahma dalam 14 masa. Dalam tiap-tiap masa itu diciptakanlah manusia baru sebagai turunan Manu, manusia pertama.
e.    Wamsanucarita, yaitu  sejarah raja-raja yang memerintah di dunia.

D.  Kitab Agama, Tantra, dan Darsana
a.    Kitab Agama
Kitab-kitab agama mengajarkan penyembahan Tuhan dalam manifestasi tertentu. Ada tiga macam kitab agama yaitu: Saiwa Agama, Waisnawa Agama, dan Sakta Agama. Saiwa Agama mengantarkan orang pada ajaran Saiwa Sidhanta dan Pratyabhijna. Dalam ajaran Saiwa Agama orang memuja siwa sebagai Tuhan yang tertingggi dalam bermacam-macam wujud. Ajara kekuatan dewan Saiwa Sidhanta amat besar peranannya dalam perkembangan Agama Hindu di Indonesia. Waisnawa Agama, Tuhan di puja sebagai Wisnu dan pada Sakta Agama, Tuhan di puja sebagai Dewi, Ibu Dunia sebagai Sakti

b.   Kitab Tantra
Mengenai tantra ada anggapan bahwa naskah atau  kitab tersebut diberikan oleh shiwa untuk agama hindu untuk zaman kali-yuga sekaranga ini (satu kalpa terbagi menjadi 1000 mahayuga dan ssetiap mahayuga terdiri dari empat yuga, yaitu krta-yuga, Trta yuga, Dvapara yuga, Kali yuga) penyusuny dilakukan oleh para rhesi. Kitab ini penuh dengan ajaran-ajaran rahasia dan sulit di pahami maksudnya. Pada garis besrnya isi kitab tantra tentang penciptaan dunia, dan dialog antara siwa dengan sakti (istrinya) yaitu parawati yang menempati kedudukan terpenting sebagai inti.
Kata Sansekerta dari Tantra artinya "memperluas", Berbeda dengan agama Hindu pada umumnya, sebagian dari Tantra percaya kepada kenikmatan hidup material. Tidak seorangpun mengetahui secara tepat kapan Tantra mulai atau Mahareshi mana yang memulainya. Bukti menunjukkan bahwa Tantrisme ada selama zaman Weda. Bahkan Sankara menyebut keberadaannya dalam bukunya Saundarya Lahari. Ada sekitar seratus delapan buku mengenai Tantra. Tantrisme dan Saktiisme hampir satu dan sama. Dalam Tantrisme, Istadewa yang dipuja adalah Siwa-Sakti, kombinasi dari Siwa dan saktinya Parwati. Tantra adalah satu sistem dari praktek-praktek yang dipergunakan untuk meningkatkan spiritual.

c.    Kitab Darsana
Kata Darsana berasal dari akar kata drś yang bermakna "melihat", menjadi kata darśana yang berarti "penglihatan" atau "pandangan". Dalam ajaran filsafat hindu, Darsana berarti pandangan tentang kebenaran. Sad Darśana berarti Enam pandangan tentang kebenaran, yang mana merupakan dasar dari Filsafat Hindu.   Kitab kitab yang lain yang khusus mengajarkan filsafat Hindu adalah termasuk kelompok kitab Darsana. Kitab Darsana yang mengakui kekuasaan Weda dan mendasarkan ajarannya pada Upanisad ada enam Darsana disebut Sad Darsana. Keenam Darsana itu yaitu: Samkhya, Yoga, Waisesika, Nyaya, Mimamsa dan Wedanta.

E.  Kitab Upanisad
Uphanisad berisikan tentang bahasan yang mistik dan filosofis tentang brahman, dan kejadian alam semesta, diri, jiwa dan atman serta cara memulangkan atman kedalam brahman  Jumlahnya amat banyak, lebih dari 200 judul ada juga yang mengatakan jumlahnya 108 buah dan banyak di antaranya berasal dari jaman yang tidak terlalu tua, dari 108 hanya 16 yang di akui otentik yaitu: katha,isha, kena, prasna, anduka mandukya, taitriya,aitareya, chandogya,bridahardayaka, kaivalaya, svetasvatara arsheya, satapatha, kaushitaki, dan Jaiminiya.adapun penyusunanya terjadi di perkirakan antara tahun 600 dan 300 SM.
Adapun Kata Upanisad itu diturunkan dari kata Upa dan ni, artinya dekat, di dekatkannya dan sad, artinya duduk. Jadi kata itu artinya duduk dekat artinya duduk di dekat seorang guru untuk menerima daripadanya pandangan atau pengetahuan yang lebih tinggi.
Uphanisad juga merupakan kesimpulan dari kitab-kitab Aranyaka,karena itu upanisad disebut Vedanta, Vedanta tidak hanya berarti akhir dari Veda tetapi uga merupakan puncak tertinggi dari dari ajaran Veda. Kitab Upanisad memberikan pemaparan tentang rahasia teringgi terhadap umat manusia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar